Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode pembelajaran yang selalu ada dalam pendidikan, mulai dari TK (taman kanak-kanak) sampai dengan perguruan tinggi. Karena dalam suatu pendidikan guru akan kesulitan dalam memahamkan peserta didik terhadap suatu materi ketika tidak menggunakan satu atau dua kata apapun.
Menyampaikan Metode ini dalam pandangan Islam dan bahkan selain Islam merupakan metode yang sangat klasik, karena Nabi Muhammad SAW sendiri dari pertama kali mendidik sahabat-sahabatnya salah satu metode yang digunakan adalah metode ceramah, terutama ketika menyampaikan dan menjelaskan mengenai wahyu yang baru baliau dapat dari Allah SAW melalui malaikat Jibril.
Sebagaimana di dalam buku tafsir dan hadits tentang pendidikan karya Drs. Nanang Gojali, M.Ag. yang mengutip dari Abudin Nata, dijelaskan, bahwa metode ini sering dilakukan Nabi Muhammad SAW terutama setelah beliau menerima wahyu berupa Al-Qur’an dan penjelasan-penjelasannya. Ketika menerima wahyu dari Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat, beliau memilih waktu setelah sholat berjama’ah sebagai sarana untuk menyampaikannya kepada para sahabat melalui ceramah. Akan tetapi, sering juga melalui mimbar khotbah jum’at atau khotbah-khotbah lainnya. Oleh karena itu, metode ceramah ini sama dengan metode khotbah.[8]
Walaupun metode ini dianggap metode klasik, tetapi kenyataannya masih banyak yang menggunakan metode ini dalam suatu pendidikan. Dengan hal ini bisa jadi bahwa metode ceramah adalah suatu metode yang harus atau wajib ada dalam pembelajaran yang mana nantinya diikuti dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Di dalam buku “pendidikan Islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh” karya Heri Gunawa, S.Pd.I., M.Ag. dijelaskan, bahwa Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap pesrta didik.[9] Jadi, murid hanya mendengarkan dan menulis terhadap apa-apa yang dianggap penting dari penuturan guru.
Di dalam buku lain yana berjudul “Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi” karya Hafni Ladjid dijelaskan, bahwa Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.[10] Jadi dalam pernyataan ini, metode ceramah dapat menjadi efektif jika digabung dengan metode tanya jawab, yakni setelah menggunakan metode ceramah kemuda diikut dengan metode tanya jawab.
Dalam pengajaran yang mengunakan metode ceramah, perhatian terpusat pada guru, sedangkan para siswa hanya menerima secara pasif, mirip anak balita atau anak bayi yang sedang di suapi. Dalam hal ini timbul kesan bahwa siswa hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang disampaikan guru. Padahal posisi siswa selain dari pada penerima pelajaran ia juga menjadi subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk aktif untuk mencari dan memperoleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.[11]
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan, bahwa metode ceramah adalah suatu jalan atau cara yang digunakan oleh guru untuk menjelaskan atau menyampaikan suatu materi terhadap peserta didik melalui penuturan lisan, yang bertujuan agar suatu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Baca juga kelebihan dan kekurangan metode ceramah
Referensi
[8] Nanang Gojali, Tafsir dan Hadits Tentang Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet. ke-1, hal. 233.
[9] Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014) cet. ke-1, hal. 274.
[10] Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 121.
[11] Muhibbin Syah, Psikilogi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-14, hal. 205.