TANDA-TANDA FI’IL MADHI, MUDHORI’, DAN AMAR

Diposting pada

TANDA-TANDA FI’IL MADHI, MUDHORI’, DAN AMAR

Tanda Fi’il Madhi

فالماضى مفتوح الاخر ابدا

Fi’il madhi huruf akhirnya selamanya di fathah-kan.

Contoh;  نَصَرَ  ;  عَلِمَ  ;  ضَرَبَ  ;  حَسُنَ  ;  اَكْرَمَ

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan di fathah-kan huruf akhirnya ialah fathah secara lafadz, seperti contoh di atas, dan fathah secara perkiraan, seperti: رَمَى،  دَعَى،  نَهَى ; fathah akhir yang diperkirakan juga bilamana fi’il madzinya bertemu dengan dhamir rafa’ (dhamir yang dirafa’kan) karena menjadi fa’ilnya,[1] seperti;  عَرَفْتُ،  نَصَرْتُ،  فَعَلْتُ

Di dalam kitab ‘Imrithy juga dijelaskan sebagai berikut;

فالماضى مفتوح الاخر ان قطع * عن مضمر محرّك به رفع

Fi’il madhi itu selalu di fathah-kan huruf akhirnya jika terlepas (tidak bertemu) dari dhamir mutaharrik yang di rafa’kan.


Tanda Fi’il Mudhari’

والمضارع ما كان في أوَله احدى الزَوائد الاربع يجمعها قولك انيت وهو مرفوع ابدا حتّى يدخل عليه ناصب او جازم

Fi’il mudhari’ yaitu fi’il yang diawali dengan salah satu huruf zaidah yang berjumlah empat yang terhimpun dalam lafadz  اَنَيْتُ  (hamzah, nun, ya’, ta’) dan selamanya di rafa’kan, kecuali dimasuki  amil  yang me-nashabk-an atau yang men-jazm-kan (maka harus disesuaikan dengan amilnya).

Maksudnya:

Fi’il mudhari’ itu harus selalu dirafa’kan huruf akhirnya dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah yang berjumlah empat, yaitu hamzah, nun, ya’, dan ta’, seperti contoh berikut;

  يَفْعَلُ  = Dia sedang melakukan (sesuatu)

  تَفْعَلُ  = Kamu sedang melakukan (Sesuatu)

  أَفْعَلُ  = Aku sedang melakukan (sesuatu)

  نَفْعَلُ  = Kami (kita) sedang melakukan (sesuatu)

Kiaskanlah arti fi’il-fi’il mudhari’ yang lainnya. Kecuali kalau dimasuki amil yang me-nashab-kan, maka harus di nashab-kan, seperti:  لَنْ يَفْعَلَ،  اَنْ يَفْعَلَ،  لِيَفْعَلَ،  كَىْ يَفْعَلَ  atau dimasuki amil yang men-jazm-kan, maka harus di-jamz-kan, seperti: لَمْ يَفْعَلْ،  اِنْ يَفْعَلْ،  مَنْ يَفْعَلْ؟

Perlu diketahui, bahwa fi’il mudhari’ itu ada yang dirafa’kannya secara lafadz seperti contoh di atas tadi, dan ada pula yang secara perkiraan, seperti:  يَبْكِىْ،  يَدْعُوْ،  يَنْهَى

Ada pula fi’il mudhari’ yang mu’tal akhir (huruf akhirnya bertemu dengan huruf ‘illat) seperti;  يَنْهَى،  يَدْعُوْ،  يَرْمِىْ ; ketika di-nashab-kan maka menjadi:  لَنْ يَنْهَى،  لَنْ يَدْعُوَ،  لَنْ يَرْمِىَ ; tetapi ketika di-jazm-kan maka huruf ‘illatnya harus dibuang,[2] seperti:  لَمْ يَدْعُ،  لَمْ يَرْمِ

Terkait dengan hal ini juga dijelaskan dalam nadham ‘imrithy, yaitu sebagai berikut:

وافتتحوا مضارعا بواحد * من الحروف الاربع الزّوائد

همز ونون وكذا ياء وتاء * يجمعها قولى انيت يا فتى

Para ahli nahwu mengawali fi’il mudhari’ dengan salah satu dari huruf zaidah yang berjumlah empat, yaitu hamzah, dan nun, demikian pula ya’ dan ta’ yang terhimpun pada lafadz  اَنَيْتُ يَا فَتَى  (wahai pemuda! Engkau telah mendekatkan diri)

رفع المضارع اّلذي تجرّدا * عن ناصب وجازم تأبّدا

Fi’il mudhari’ yang terbebas dari amil yang me-nashab-kan dan men-jazm-kan selamanya harus rafa’.[3]


Tanda Fi’il Amar

والامر مجزوم أبدا

Fi’il amar selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya) contoh: اَكْرِمْ،  اَفْعِلْ،  اُنْصُرْ،  اُفْعُلْ   dan sebagainya.

Perlu diketahui, bahwa fi’il amar selamanya harus di-jazem-kan huruf akhirnya ketika fi’il madhinya ber-mabni shahih akhirnya, seperi;  ضرب،  نصر  tetapi bila fi’il madhinya terdiri dari fi’il yang ber-mabni mu’tal akhir (huruf akhir bertemu huruf ‘illat/penyakit) seperti; رمى،  نهى،  دعى،   , maka fi’il amar-nya harus dibuang huruf ‘illatnya, yaitu seperti;

دَعَى  menjadi  اُدْعُ

 نَهَى   menjadi   اِنْهَ

 رَمَى   menjadi   اِرْمَى

بَكَى  menjadi   اِبْكِ

Kalau fi’il amar itu harus disertai dengan dhamir tatsniyah, seperti; اِرْمِيَانِ  atau disertai dengan dhamir jamak, seperti;  اِرْمُوْنَ،  اِنْهَوْنَ  , maka tanda jazm-nya dengan membuang (menghilangkan) huruf nun-nya,[4] maka seperti;  اِرْمِيَانِ   menjadi   اِرْمِيَا, dan juga seperti   اِنْهَوْنَ  menjadi   اِنْهَوْا

Dan keterangan nadham di dalam kitab ‘Imrithy, sebagai berikut:

والامر مبنيّ على السّكون * أو حذف حرف علّة او نون

Fi’il amar di-mabni-kan atas sukun atau membuang huruf ‘illah atau nun.[5]

PENTING

huruf ‘illat itu ada 3, yaitu:  ا،  و،  ي


REFRENSI BUKU

[1] KH. Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jjurumiyyah dan ‘mrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), cet. ke 6, hal, 57.

[2] KH. Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jjurumiyyah dan ‘mrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), cet. ke 6, hal, 59-60.

[3] KH. Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jjurumiyyah dan ‘mrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), cet. ke 6, hal, 60.

[4] KH. Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jjurumiyyah dan ‘mrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), cet. ke 6, hal, 57-58.

[5] KH. Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jjurumiyyah dan ‘mrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), cet. ke 6, hal, 58.