Keutamaan Orang yang Membaca dan Menghapal Al-Qur’an
Pada kesempatan kali ini dosenmuslim.com akan membagikan ilmu tentang Keutamaan Orang yang Membaca dan Menghapal Al-Qur’an berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Untuk lebih jelasnya mari kita baca ilmu tersebut di bawah ini.
Keutamaan Orang yang Membaca dan Menghapal Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:
انّ االذين يتلون كتاب الله وأقاموا الصّلاة وأنفقوا ممّا رزقناهم سرّا وعلانية يّرجون تجارة لّن تبور (29) ليوفّيهم اجورهم ويزيدهم من فضله، انّه غفور شكور (30)
“Sungguh orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur’an), melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rizki yang Kami anugrahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, Agar Allah meyempurnakan pahala-Nya dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha mmesyukuri”. (Fathir (35): 29-30).
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan ra bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
خير كم من تعلّم القرأن و علّمه
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an”.[1]
Hadits ini dirilis Imam Abu Abdillah Muhammad bin Isamail bin Ibrahim Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab paling shahih setelah Al-Qur’an.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
الّذي يقرأ القرأن وهو ماهر فيه مع السّفرة الكرام البررة، والّذي يقرأ القران ويتتعتع فيه وهو شاقّ عليه له اجران
“Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan susah payah mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih-nya)[2]
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
(مثل المؤمن الّذي يقرأ القرأن مثل الأترجوة، ريحها طيّب وطعمها طيّب، ومثل المؤمن الّذي لا يقرأ القرأن كمثل التّمرة، لا ريحا لها وطعمها حلو، ومثل المنافق الّذي يقرأ القرأن كمثل الرّيحانة، ريحها طيّب وطعمها مرّ، ومثل المنافق الّذي لا يقرا القران كمثل الحنظلة، ليس لها ريح وطعمها مرّ)
“Perumpamaan seorang mukmin membaca Al-Qur’an itu seperti buah utrujah, aromanya sedap dan rasanya lezat; perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tiada baunya tetapi rasanya manis; perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an itu seperti buah raihanah, aromanya sedap tetapi rasanya pahit; sedangkan perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an itu seperti buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)[3]
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda:
(انّ الله تعالى يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به أخرين)
“Sungguh Allah meninggikan derajat sebagian kaum dengan Al-Qur’an dan merendahkan derajat kaum yang lain dengannya”. (HR. Muslim)[4]
Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili ra, ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
(اقرؤا القرأن، فانّه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه)
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya.” (HR. Muslim)[5]
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
(لا حسد الّا في اثنتين: رجل أتاه الله القرأن، فهو يقوم به أناء اللّيل و أناء النّهار، ورجل أتاه الله مالا فهو ينفقه أناء اللّيل وأناء النّهار)
“Tiada rasa iri yang dibenarkan kecuali dalam dua hal: pertama, rasa iri terhadap orang yang diberi karunia pemahaman kandungan Al-Qur’an kemudian ia mengamalkannya siang dan malam. Kedua, terhadap orang yang dikaruniai Allah harta yang kemudian ia infakkan siang dan malam.” (HR. Bukhari dan Muslim)[6]
Baca juga: Kewajiban Memuliakan Ahli Qur’an
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
((لا حسد الّا في اثنتين: رجل اتاه الله مالا، فسلّطه على هلكته في الحقّ، و رجل اتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلّمها))
“Tiada rasa iri yang dibenarkan kecuali dalam dua hal: pertama, iri terhadap orang yang dikaruniai oleh Allah harta kemudian Allah memberinya kemampuan untuk menggunakannya dalam kebenaran. Dan kedua, rasa iri terhadap orang yang dikaruniai hikmah oleh Allah kemudian ia menggunakannya untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)[7]
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
((من قرأ حرفا من كتاب الله فله حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول الم حرف، بل الف حرف، و لام حرف، و ميم حرف))
“Barang siapa yang membaca satu huruf saja dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dikalikan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu dihitung satu huruf, akan tetapi alif dihitung satu huruf, lam dihitung satu huruf, dan mim dihitung satu huruf.” (HR. Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, menurutnya hadits ini hasan shahih)[8]
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, dari Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bersabda:
((يقول الرّبّ سبحانه وتعالى: من سغله القرأن وذكري عن مسألتي، أعطيته أفضل ما أعطي السّائلين، وفضل كلام الله سبحانه وتعالى على سائر الكلام كفضل الله تعالى على سائر خلقه))
“Allah SWT berfirman: ‘Barang siapa yang sibuk membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada-Ku sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan sebaik-bak apa yang Aku berikan kepada orang yang meminta.’ Sedangkan keutamaan firman Allah di antara seluruh perkataan itu seperti keutamaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya.” (HR. Tirmidzi, menurutnya hasan shahih)[9]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
((انّ الّذي ليس في جوفه شيئ من القرأن كالبيت الخرب))
“Orang yang tidak memiliki hapalan Al-Qur’an sedikit pun itu diibaratkan seperti rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini berderajat hasan shahih)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, dari Nabi SAW beliau bersabda:
((يقال لصاحب القرأن: اقرأ وارق ورتّل كما كنت ترتّل في الدّنيا، فانّ منزلتك عند أخر أية تقرؤها))
“Dikatakan kepada shahibul Qur’an (orang-orang yang selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur’an): Bacalah dan naiklah (kederajat yang lebih tinggi)! bacalah dengan tartil, sebagaimana kamu membacanya dengan tartil ketika di dunia, tempat yang dijanjikan bagimu bertepatan dengan ayat terakhir yang kamu baca.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i. Tirmidzi mengomentari hadits ini berderajat hasan shahih)
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Anas ra ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
((من قرأ القرأن وعمل بما فيه ألبس والده تاجا يوم القيامة ضوؤه أحسن من ضوء الشّمس في بيوت الدّنيا، لو كانت فيكم فما ظنّكم بالّذي عمل بهذا))
“Barang siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, ia akan mengenakan mahkota kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat, yang mana cahayanya lebih baik daripada cahaya matahari yang menerpa rumah-rumah dunia. Andaikata hal itu terjadi pada kalian, bagaimana menurut kalian jika hal tersebut didapatkan oleh orang yang mengamalkan Al-Qur’an?” (HR. Abu Daud)[10]
Darimi meriwayatkan dengan sanadnya, dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda:
((اقرؤوا القرأن، فانّ الله تعالى لا يعذّب قلبا وعى القرأن، وانّ هذا القرأن مأدبة الله تعالى، فمن دخل فيه فهو أمن، ومن أحبّ القرأن فليبشر))
“Bacalah Al-Qur’an karena Allah benar-benar tidak akan mengadzab hati orang yang menghapal Al-Qur’an dan Al-Qur’an benar-benar merupakan jamuan[11] Allah, maka barang siapa yang mendatanginya ia akan aman bergembiralah siapa saja yang sangat mencintai Al-Qur’an.”[12]
Diriwayatkan dari Abdul Hamid Al-Himani, ia berkata, saya bertanya kepada Sufyan Ats-Tsauri tentang manakah yang lebih ia sukai: Orang yang berperang ataukah orang yang membaca Al-Qur’an? Ia menjawab; Orang yang membaca Al-Qur’an; karena Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Footnote
[1] HR. Bukhari dalam Fadha’ilul Qur’an (IX/74) no. (5027 dan 5028); Abu Daud dalam Ash-Shalaah (II/147) no. (1452); Nasa’i dalam Al-Kubraa (8036-8038; Tirmidzi (V/160) no. (2908), ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”; dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[2] HR. Bukhari dalam At-Tafsir (VIII/691) no. (4937); Muslim dalam Ash-Shalaah (I/546-550) no. (798); Abu Daud dalam Al-Witr (II/148) no. (1454); Nasa’i dalam Al-Kubra (8045-8047); Tirmidzi (V/157-158) no. (2904) ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”; dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[3] HR. Bukhari dalam kitab Fadhailul Qur’an (IX/65) no. (5020); Muslim dalam Ash-Shalaah (I/549) no. (797); Abu Daud dalam Al Adab (V/166) no. (4829); dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[4] HR. Muslim dalam Ash-Shalaah (I/559) no. (817); Ibnu Majah no. 218; Ahmad (I/35); Darimi (3365); Abdurazaq (20944); Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsaan (772); Baihaqi (III/89); dan Baghawi (1179).
[5] HR. Muslim dalam Ash-Shalaah (I/553) no. (804); HR. Ahmad (V/249, 254, 255); Hakim (I/564); Ibnu Hiban (116); dan masih banyak ulama hadits yang meriwayatkannya.
[6] HR. Bukhari dalam kitab Fadhailul Qur’an (IX/73) no. 5025, da dalam At-Tauhid (XIII/502) no. 7529; Muslim (I/558) no. 815; Tirmidzi dalam Al-Birr (IV/291) no. 1936; Nasa’i dalam Al-Kubra (8072); Ibnu Majah no. 4209; Ahmad (II/8, 36, 88, 152); dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[7] HR. Bukhari dalam Al-‘Ilm (I/165-166) no. 73, juga dipembahasan lain; Muslim dalam Ash-Shalaah (I/559) no. 816; Nasa’i dalam Al-Kubra (5840); Ibnu Majah no. 4208; Ahmad (I/385, 432); Humaidi (99).
[8] Hadits hasan. HR. Tirmidzi dalam Fadhaailul Qur’an (V/161) no. 2910. Para rawinya merupakan para rawi Muslim meskipun Bukhari menyebutkan hadits ini dalam At-Tarikh Al-Kabiir, ia mengtakan: Saya tidak tahu ia menghapalnya atau tidak, maksudnya: ia meriwayatkan secara langsung dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi dari Abdullah bin Mas’ud, Abu Daud mengomentari: Ia meriwayatkan secara langsung darinya.
[9] HR. Tirmidzi dalam Fadhaailul Qur’an (V/165) no. 2926, ia mengatakan: hasan gharib, penilaian ini sama dengan naskah terbitan Ar-Risalah; Darimi (II/533) no. 3356; Al-Aqli (IV/49); Ibnu Majah dalam Al-Majruhin (II/277); Thabrani no. 1851; dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[10] HR. Abu Daud (II/148) no. 1453; Ahmad (III/440); Hakim (I/567), ia mengatakan: Sanadnya shahih; dan masih banyak ulama’ hadits yang meriwayatkannya.
[11] Allah menyerupakan Al-Qur’an dengan sesuatu yang biasa dibuat manusia (jamuan), karena besarnya kebaikan dan manfaat yang akan mereka peroleh.
[12] Atsar ini diriwayatkan oleh Darimi (II/525) no. 3323 dengan sanad shahih dari Ibnu Mas’ud yang diringkas.