Mengenal Maf’ul Ma’ah dalam Ilmu Nahwu

Diposting pada

Maf’ul Ma’ah

                                                           وهوالاسماء المنصوب الذي يذكر لبيان من فعل معه الفعل

Maf’ul ma’ah yaitu isim manshub yang dinyatakan untuk menjeleskan dzat yang menyertai perbuatan pelakunnya.[1]

Dalam buku ilmu nahwu

Maf’ul ma’ah yaitu:             جرى غيره فعل معه كان من      فسراواوبعد اسمتعريفه

“maf’ul ma’ah ialah isim yang terletak sesudah wawu ma’iyyah yang menjelaskan dzat (orang) yang melakukan sama-sama melakukan pekerjaan’’.[2]


Contohnya,seperti perkataaan berikut :

جاءالامير والجيس: Pemimpin beserta bala tentarannya telah datang.

Lafadz والجيش  adalah maf’ul ma’ah,sebab isim yang menyertai kedatangan pemimpin .

واستوي الماء والخشبة: Air itu telah merata beserta kayu.

Lafadz  والخشبة  adalah maf’ul ma’ah yang menyertai kemertaan air.

Adapun khobar kaana dan sudara-saudarannya dan isim inna dan saudara-saudarannya (yang semua di-nashabkan ) maka hal ini telah di kemukakan penjelasannnya pada bab isim-isim yang di rofa’kan,demikian pula tawabi’(yaitu na’at,athaf,taukid,badal)telah di kemukakakan di atas.


Kata nazhim:

اسم بعد واو فسرا*من كان معه فعل غيره جريتعرفه

Definisi maf’ul ma’ah ialah isim yang terletak sesudah wawu ma’iyyah yang menjelaskan dzat (orang)yang sam-sama melakukan suatu perbuatan.

فنصبه بالفعل الذي به اصطحب*اوشبه فعل كاستوي الماءوالخشب

Nashab-nashab maf’ul ma’ah dengan fi’il yang menyertainnya atau yang serupa dengan fi’il sepertiوالخشب استوي الماء (air itu telah merata beserta kayu).


  1. Syarat-syarat Maf’ul Ma’ah

       AS-Sayyid Ahmad al-hasyimiy yang mengatakan bahwa disyaratkan nashab sebagai isim yang al-maf’ul ma’ah :

بعده الجملة انعقاد ليصحفضلة واو بعد الوقعا لاسميكون انا

ان يكون ما قبله جملة فيها فعل او اسم فيه معنى الفعل و حر وفه

ان تكون الو او التى تسبقه نصا في المعنى

Menurut pendapat di atas bahwa tidak terjadi al-maf’ul ma’ah, kecuali terdapat padanya 3 (tiga) persyaratan yaitu:[3]

  1. isim Adanya yang manshub sebagai fadhlatan;
  2. Adanya jumlah yang terdapat sebelumnya, fi’il atau isim yang semakna dengan huruf-huruf hijaiyyah fi’il tersebut;
  3. Adanya al-wawu yang mendahului isim tersebut jelas nasnya sebagai wawu al-ma’iyyah.

REFERENSI

[1] K.H.Moch.Anwar. Matan Al-Ajurumiyyah Dan ‘Imrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009) cet. I. Hlm 156.

[2] Moch Anwar. Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011) hlm 56.

[3]http://www.referensimakalah.com/2011/08/material-makalah-maf-ma_443.html