Tanda-tanda I’rab Rafa’ Lengkap dengan Referensinya

Diposting pada

Tanda-tanda I’rab Rafa’

Pada kesempatan kali ini dosenmuslim.com akan membagikan ilmu tentang tanda-tanda i’rab rafa’ yang dilengkapi dengan referensi buku/kitab. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari ilmu tersebut di bawah ini.


I’rab Rafa’

للرفع اربع علامات الضمة والواو والف والنون

“I’rab Rafa’ itu mempunyai empaat tanda, yaitu; dhmmah, wawu, alif, nun.”

Maksudnya; Alamat I’rab rafa’ ada empat macam, yaitu sebagai berikut;

  1. Dhammah, menjadi alamat pokok (tanda asli) i’rab rafa’. Contoh;

جاءَ زيدٌ = Zaid telah datang

هندٌ كاتبةٌ = Hindun seorang juru tulis

  1. Wawu, sebagai pengganti dhammah, contoh;

الزيدون قائمون    = Zaid-zaid itu berdiri

الصالحون فائزون = Orang-orang yang shalih itu mendapat keberuntungan

  1. Alif, menjadi pengganti dhammah, contoh;

الزيدان قائمان      = Dua Zaid itu berdiri

  1. Nun, sebagai pengganti dhammah, contoh;

يفعلان    = kamu (laki-laki) berdua sedang melakukan (sesuatu)

تفعلان    = Kamu (perempuan) berdua sedang melakukan (sesuatu)

يفعلون   = kamu (laki-laki) banyak sedang melakukan (sesuatu)

تفعلون   = kamu (perempuan) banyak sedang melakukan (sesuatu)

تفعلين    = kamu (seorang perempuan) sedang melakukan (sesuatu)

Kata nazhim;

للرفع منها ضمة واو الف * كذاك نون ثابت لامنحذف

I’rab rafa’ mempunyai empat alamat, yaitu dhammah, wawu, alif, demikian pula nun tsabit (tetap) yang tidak dihilangkan.[1]

tanda-tanda i'rab rafa'


Baca juga: Pengertian Mu’rab dan Mabni


Tanda-tanda i’rab rafa’

Adapun ciri atau tanda dari i’rab rafa’ adalah, sebagai berikut;

  1. Harakat Dhammah

Harakat dhammah menjadi ciri i’rab rafa’ terdapat di empat tempat, yaitu;

  • isim mufrad, yaitu kata bend yang menunjukkan makna tunggal. Contoh;

قَرَأَ مُحَمَّدٌ القرأنَ

  • jamak taksir yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikt pada objek perempuan maupun laki-laki. Biasanya, bentuk ini merupakan sistem sima’i dari penutur aslinya (orang-orang Arab). Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya. Misalnya; طلب menjadi طلاب , contoh;

جاء الطلاب في المدرسةِ

  • jamak mu’annast salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak (banyak) yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di aakhiri dengan huruf alif dan ta’. Contoh;

جائتْ المسلماتُ في المسجدِ

  • dan fi’il mudhari’ yang tidak bertemu dengan dhamir sya’an atau huruf ‘ilat yakni alif tatsniyah, wawu jamak, dan yak mu’annast mukhtatabah). Contoh;[2]

يذهبُ فلانٌ الى السوقِ


  1. Huruf Wawu

Huruf wawu menjadi tanda atau ciri i’rab rafa’ pada hakikatnya adalah sebagai pengganti dari tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat, yaitu;

  1. Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun  (و ن) pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (ين) pada tingkah nasab dan jer. Contoh;

اولئك هم المفلحون

  1. Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (اب، اخ، حم، فو، ذو). Contoh;[3]

جَاءَ اَبُوْكَ، اَخُوْكَ، حَمُوْكَ، فُوْكَ، ذُوْ مَالٍ.


  1. Huruf Alif

Huruf alif menjadi ciri atau tanda i’rab rafa’ pada hakikatnya sebagai pengganti dari tanda harakat dhammah. Huruf alif sebagai tanda i’rab rafa’ bertempat di satu tempat, yaitu isim tatsniyah.

Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua. Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun (أ ن) ketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan nun (ين) ketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;[4]

احمدٌ وحسنٌ طالبان جديدان


  1. Huruf Nun

Nun menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan;

  1. Dhamir tastniyah, contoh;

يفعلان، تفعلان

  1. Dhamir jamak, contoh;

يفعلون، تفعلون

  1. Dhamir muannas mukhatabah, contoh;[5]

تفعلين


Referensi

[1] Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemah Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014) cet. ke-33, hal. 16 – 17.
[2] Thahir Yusuf al-Khatib, al-Mu’jam al-Mufassal fil I’rab, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2007), hal. 150
[3] Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-kaidah Nahwu, (Yogyakarata: DIVA Press, 2015) cet. ke-5, hal. 29 – 30.
[4] Ibid. Hal. 30 – 31.
[5] Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemah Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014) cet. ke-33, hal. 25.