Pandangan Filsafat Idealisme
- Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba), berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebetulnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia. [2]
Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam,dengan maksud agar roh tersebut sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh dapat berupa ide atau pikirian. Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme,rasionalisme dan supernaturalisme. Bagi penganut aliran idealisme, fungsi mental adalah apa yang tampak dalam tingkah laku. Oleh karena itu, jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat jiwa,alat roh,untuk melaksanakan tujuan,keinginan, dan dorongan jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah jiwanya,rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktifitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa apa.
Realitas mungkin bersifat personal, dan mungkin juga bersifat impersonal. Idealisme katolik berpandangan bahwa realitas akhir adalah “God” dan tiga pribadi yang disebut “trinitas”. Kaum idealisme kristiani sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang menggunakan kemampuan bebas, dan secara personal bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.
- Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan yang sebenarnya, pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda benda di luar penjelmaan material. Demikian menurut Plato.[3]
Hegel menguraikan konsep Plato tentang teori pengetahuan dengan mengatakan bahwa pengetahuan dikatakan valid,sepanjang sistematis,maka pengetahuan manusia tentang realitas adalah benar dalam arti sistematis, dalam teori pengetahuan dan kebenaran, idealisme merujuk pada rasionalisme dan teori koherensi seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya. Oleh karena itu, semua ide dan teori harus ivalidasi sehubungan dengan koherensinya (kesesuainnya) dalam pengembangan sistem pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, teori pengetahuan idealisme adalah rasionalisme. Dalam hal ini Henderson (1959-215) mengemukakan yang artinya bahwa :
Rasionalisme mendasari teori pengetahuan idealisme, mengemukakan bahwa indera kita hanya memberikan memori mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman indera, melainkan dari konsepsi,dalam prinsip prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa. Jiwa manusialah yang mengorganisasikan pengalaman indera. Matematika melengkapi pola pikir manusia. Dengan matematika manusia bisa mengembangkan inteleknya.
- Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik,benar,salah,cantik, atau tidak cantik secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia melainkan merupakan bagian dari alam semesta.[4]
Plato mengemukakan dalam buku filsafat pendidikan karya Drs. Uyoh Sadullah M. pd bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagai hidup baik,mereka tidak akan berbuat hal hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan itu jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar maka orang tersebut tidak akan berbuat salah. Namun yang menjadi persoalan adalah, bagaimana hal tersebut dapat dilakukan apabila manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik. Dalam hal ini Plato menjawab, bahwa hakikat penemuan hidup yang baik merupakan tugas intelektual, seperti halnya menemukan kebenaran matematika.
Immanuel Kant sebagai tokoh idealisme modern meletakan dasar dasar moral atas dasar hukum yang disebut “categorical imperative” . maksudnya menurut Kant kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Imperative kategoris menyatakan bahwa kita akan selalu bertindak seakan akan tindakan individual kita menjadi bagian universal dari alam ini, mengikat seluruh manusia dalam keadaan yang sama.
- Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang orang yang memiliki nama besar. Plato, Immanuel Kant, David Hume, Hegel, Al Ghazali, merupakan orang orang yang memiliki nama besar dikalangan para pemikir dewasa ini.
Filsafat idealisme diturunkan dari filsafat idealisme metafisik, yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialitasnya. Pendidikan harus menekankan kesesuaian batin antara anak dan alam semesta. Selanjutnya, menurut Home, pendidikan merupakan proses abadi dari proses penyesuaian dan perkembangan mental maupun fisik, bebas dan sadar terhadap Tuhan, dimanifestasikan dalam lingkungan intelektual, emosional, dan berkemauan. Pendidiakan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan, yaitu pribadi manusia yang ideal.
Referensi
[2] Drs. Uyoh Sadulloh, 2007, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta cv). Hlm. 97.
[3] Ibid. Hlm. 98.
[4] Ibid. Hlm. 99.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. H. Jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M.Ed. 2002. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta, Penerbit Gaya Media Pratama.
Drs. Uyoh Sadulloh, 2007, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfabeta cv.
George R. Knight.2007.Filsafat Pendidikan.Yogyakarta, penerbit Gama Media.