Hukum Nun Bersukun dan Tanwin
Hukum Nun Bersukun dan Tanwin adalah empat hukum yang muncul tatkala nun bersukun atau tanwin menghadapi huruf hijaaiyyah (selain Alif).
Empat hukum tersebut adalah;
- Idzhar halqi
- Idgham
- Iqlab
- Ikhfa’[1]
1. Idzhar Halqi(الاظهار الخلقي)
Menurut bahasa idzhar adalah al-bayan (البيان) artinya jelas. Sedangkan halqi artinya tenggorokan. Sedangkan Idzhar menurut istilah adalah:
(اخراج كلّ حرف من مخرجه من غير غنة في الحرف المظهر.)
Artinya: “mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya tanpa memakai sengau/dengung pada huruf yang di-idzhar-kan.” [2]
Idzhar dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin adalah
(اذا دخلت النون الساكنة او التنوين على احدهذه الاحرف الستة يقال له اظهار حلقي.)
Artinya: “Apabila nun bersukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf (halq) yang berjumlah, maka dinamakan idzhar halqi.[3]
Enam huruf halq yang dimaksud di atas adalah: ء, ه, ح, خ, ع, غ
Huruf-huruf tersebut adalah huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan (halqi).[4]
Cara membaca idzhar halqi adalah harus jelas dan terang.
Contoh:
2. Idgham (الادغام)
Idgham menurut bahasa adalah (ادخال الشيئ في الشيئ) artinya memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Sedangkan idgham menurut pengertian nun bersukun dan tanwin adalah apabila nun bersukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf yang berjumlah enam, yaitu: ya’, ra’, mim, lam, wau, dan nun, maka dinamakan idgham.
Enam huruf idgham sebagaimana disebutkan di atas terkumpul dalam kalimat;[ يَرْمَلُوْنَ [5
Idgham dalam hukum nun bersukun dan tanwin terbagi atas dua bagian, yaitu:
-
Idgham bi Ghunnah
Idgham bi Ghunnah adalah apabila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf (idgham) yang berjumlah empat, maka dinamakan idgham bi Ghunnah.[6]
Keempat huruf isgham bi Ghunnah itu terkumpul pada kalimat يَنْمُوْ yakni ي، ن، م، و
Cara membacanya adalah dengan memasukkan suara nun bersukun atau tanwin kepada huruf idgham bi Ghunnah yang berada dihadapannya sehingga menjadi satu ucapan, seakan-akan satu huruf. Pada waktu meng-idgham-kan, suara harus ditasydidkan kepada huruf idgham bi ghunnah yang ada dihadapan nun bersukun atau tanwin, lalu ditahan kira-kira dua ketukan seraya memakai ghunnah atau dengung ketika membacanya.[7]
Contoh:
Keterangan:
Idgham bi Ghunnah terjadi hanya pada kalimat yang berbeda antara nun bersukun atau tanwin dengan huruf-huruf idgham bi ghunnah, artinya nun bersukun atau tanwin tidak boleh dalam satu kailmat dengan huruf-huruf idgham bi ghunnah.
2. Idgham bi La Ghunnah
Idgham bi La Ghunnah adalah apabila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf dari lam (ل) dan ra’ (ر), maka dinamakan Idgham bi La Ghunnah.[8]
Jadi, hukum idgham bi la ghunnah terjadi bila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan salah satu dari kedua huruf ini yakni lam (ل) dan ra’ (ر).
Cara membacanyya adalah dengan memasukkan suara nun bersukun atau tanwin sepenuhnya kepada huruf lam atau ra’ tanpa memakai dengung. Pada waktu meng-idgham-kan suara harus ditasydidkan kepada huruf lam atau ra’ seraya menahannya sejenak.
Contoh:
3. Iqlab (الاقلاب)
Iqlab adalah apabila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب), maka keduanya ditukar kepada mim (), tetapi hanya dalam dalam bentuk suara, tidak dalam tulisan.[9]
Jadi, hukum iqlab terjadi bila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba’. Jadi huruf iqlab hanya ada satu, yaitu huruf ba’ (ب).
Cara membacanya adalah dengan mengubah suara nun bersukun atau tanwin – tatkala menghadapi huruf ba’ – menjadi mim. Kedua bibir dirapatkan untuk mengeluarkan bunyi mim seraya dibarengi dengung/sengau yang keluar dari pangkal hidung. Selanjutnya ditahan sejenak kira-kira dua ketukan sebagai tanda bahwa di sana terdapat hukum iqlab.[10]
Contoh:
4. Ikhfa’ (الاخفاء)
Ikhfa’ menurut bahasa adalah as-satru (السّتر) artinya samar atau tertutup. Sedangkan menurut hukum nun bersukun atau mati dan tanwin, ikhfa’ adalah Apabila nun bersukun atau tanwin menghadapi salah satu huruf-huruf ikhfa’ yang berjumlah lima belas, maka dinamakan ikhfa’ haqiqi.[11]
Jumlah 15 huruf itu terkumpul dalam bait yan dinadhamkan di bawah ini:
صف ذا ثنا كم جاد شحص قد سما * دم طيّبا زد في تقى ضع ظالما
“Sifatilah dirimu dengan kebijakan karena berada banyak orang telah meraih manisnya (kebijaksanaan). Biasakanlah berbuat kebajikan, tingkatkan ketakwaan, dan jauhi kedzaliman.”
Huruf-huruf ikhfa’ yang berjumlah 15 itu ada;ah huruf-huruf yang terdapat pada awal setiap kata dari bait nadham di atas, yaitu: ص، ذ، ث، ك، ج، ش، ق، س، د، ط، ز، ف، ت، ض، ظ.
Cara membacanya adalah memadukan antara suara nun bersukun atau tanwin dengan suara huruf ikhfa’ yang ada dihadapannya.
Contoh:
Referensi
[1] Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), cet. ke-10, hal. 71.
[2] Muhammad Al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkamit Tajwid, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabbani wa Auladih), hal. 5.
[3] Al-Qaulus Sadid, hal. 19.
[4] Matan al-Jazariyyah, hal. 5.
[5] Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), cet. ke-10, hal. 76.
[6] Al-Qaulus Sadid, hal. 21.
[7] Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), cet. ke-10, hal. 77.
[8] Fathul Aqfal, hal. 9.
[9] Ibid, hal. 10.
[10] Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), cet. ke-10, hal. 80.
[11] Al-Qaulus Sadid, hal. 20.
Daftar Pustaka
Al-Qur’anul karim
Al-Mahmud, Muhammad. Hidayatul Mustafid fi Ahkamit Tajwid. (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabbani wa Auladih.
Al-Jamzuri, Sulaiman. Fathul Aqfal. (Semarang: Maktabah Al-Alawiyah).
Tekan, Ismail. Tajwid Al-Qur’anul Karim. Pembahasan Secara Praktis , Populer, dan Sistematis. (Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1997). Cet. ke – 10.
Abdurrohim, Acep Lim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. (Bandung: CV Penerbit Diponegoro).