Ciri-ciri Sikap

Diposting pada

Ciri-ciri Sikap

Sikap atau attitude itu berbeda dengan motif, di mana kalau motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan terhadap suatu obyek. Untuk membedakan antara dorongan dengan sikap itu, berikut ini penulis akan menjelaskan tentang ciri-ciri sikap.

Adapun beberapa ciri-ciri sikap menurut Sarlito Wirawan Sarwono adalah sebagai berikut, yaitu :

  1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek-subyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek-obyek, ini bisa berupa benda, orang, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya.
  2. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.
  3. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda- beda.
  4. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.
  5. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.
  6. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.[1]

Dari ciri-ciri sikap di atas, maka dapat di uraikan sebagai berikut:

  • Sikap selalu terdapat hubungan subyek-subyek maksudnya adalah bahwa hal ini terjadi karena kemungkinan apabila seseorang mempunyai sikap yang positif pada seseorang, maka akan ada kecenderungan bersikap positif juga kepada perkumpulan di mana orang tersebut bergabung.
  • Sikap tidak dibawa sejak lahir, maksudnya adalah sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami sepanjang hayatnya yang didapat dari pergaulan sehari-hari bersama orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, sikap terbentuk dari perkembangan siswa atau anak setiap harinya.
  • Sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan. Maksudnya apabila seseorang berada di lingkungan yang baik, maka akan menghasilkan suatu sikap yang baik, sedangkan seseorang yang berada di lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan suatu sikap yang tidak baik.
  • Sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Hal ini karena sikap mengandung faktor motivasi, berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorongan bagi individu untuk bertindak terhadap obyek tertentu dengan cara tertentu pula. Sedangkan sikap mengandung pula faktor perasaan tertentu, sehingga sikap itu dapat positif atau negatif terhadap obyek tertentu.
  • Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. Namun dalam hal ini tergantung mendalam tidaknya sikap tersebut. Jika sikap itu mendalam maka secara relatif sikap itu sukar untuk berubah. Seandainya sikap itu berubah maka akan memakan waktu yang lama, tetapi jika sikap itu belum mendalam, maka sikap itu akan lebih mudah mengalami perubahan.
  • Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam. Dengan bermacam-macamnya sikap itu, maka sikap merupakan suatu kecenderungan yang menentukan atau suatu kekuatan jiwa yang mendorong seseorang yang bertingkah laku yang ditujukan ke arah suatu obyek khusus dengan cara tertentu, baik obyek itu berupa orang, kelembagaan ataupun masalah, bahkan berupa dirinya sendiri yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. Dicontohkan misalnya seorang siswa yang terpaksa mengikuti pelajaran dari gurunya yang membosankan, menurut dorongan keinginannya ia seharusnya meninggalkannya, akan tetapi mengingat norma kesopanan dia tetap duduk mendengarkan meskipun merasa tersiksa karenanya.

Sedangkan menurut Gerungan Dipl, ciri-ciri attitude adalah sebagai berikut :

  • Attitude bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan di bentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
  • Attitude itu dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude itu dapat dipelajari, karena itu attitude-attitude dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat- syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu.
  • Attitude itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, attitude itu berbentuk dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
  • Objek attitude itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude itu dapat berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.
  • Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.[2]

Daftar Pustaka

Gerungan Dipl, 1991, Psikologi Sosial, Bandung: Eresco,

Abrasyi, Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang.

Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, 1991. Ilmu Pendidikan, Jakrta, Rineka Cipta.

Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Arifin, M.(Ed). 1991. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsismi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rieneka Cipta.

Mansyur & Moehammad, 1982. Evaluasi Pendidikan Agama, Songo Abadi Inti.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1976. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta, Bulan Bintang.

Zuhairini, et.al, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.


Refrensi Buku

[1] Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 95.

[2] Gerungan Dipl, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1991), hal. 151-152