Pengertian Budaya
Berbicara tentang budaya maka kita harus mengetahui makna budaya itu sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu banyak para ilmuan yang menfokuskan kajiannya dalam membahas kebudayaan yang ada di masyarakat, seperti ilmuan di Indonesia sebut saja: Nur Syam,[1] Mahmud Manan,[2] Koentjaraningrat,[3] dan masih banyak ilmuan-ilmuan lain yang mengkaji tentang kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Antropologi” mengatakan, kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.[4]
Kebudayaan merupakan sebuah fungsi transmisi, maksudnya adalah dalam kebudayaan terjadi proses peralihan/perubahan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.[5]
Wujud Kebudayaan
Suatu kebudayaan pasti mempunyai wujud yang mana adanya wujud tersebut karena adanya kebudayaan itu sendiri. Adapun wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, ada tiga wujud kebudayaan,[6] yakni:
1. Gagasan
Yaitu wujud kebudayaan yang berupa gagasan, ide, nilai, norma, peraturan, dan lain sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, disentuh dan bukan barang yang nyata. Jika gagasan ini dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan tersebut berada dalam karangan-karangan atau tulisan-tulisan. Misalnya: kitab kuno, prasati dan lain sebagainya.
2. Aktivitas
Yaitu tindakan atau aktivitas manusia yang berasal dari pemikiran kebudayaan. Wujud kedua ini sering disebut dengan sistem sosial, terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang sering berinteraksi. Sifatnya nyata, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan. Misalnya: sistem adat, sitem kemasyarakatan dan lain sebagainya.
3. Artefak
Yaitu wujud fisik berupa hasil aktivitas atau karya manusia dalam masyarakat yang berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, didokumentasikan serta sifatnya wujud konkret. Misalnya: Patung, bangunan dan lain sebagainya.
Elemen-elemen Budaya
Di dalam budaya ada beberapa elemen atau komponen, yang mana menurut ahli antropologi cateora elemen atau komponen budaya itu ada 6,[7] yaitu:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3. Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
4. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Referensi
[1] Syam. Nur, Islam Pesisir (Yogyakarta : LKiS, 2005).
[2] Manan. Mahmud, Nilai-nilai Budaya Peninggalan Majapahit dalam Kehidupan Masyarakat di Trowulan Mojokerto (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 1999).
[3] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2000).
[4] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2000), hlm. 181.
[5] Karsidi. Rafiq, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Sindunata, 2007), hlm. 13.
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. Diakses pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 23.00.
[7] Mulyana. Deddy, Rakhmat. Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.25.