Pengertian Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat Pendidikan

Diposting pada

Pengertian Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat Pendidikan

Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan ilmu tentang pengertian ilmu pengetahuan dalam filsafat pendidikan yang dilengkapi dengan referensinya. Untuk lebih jelas mari kita pelajari ilmu tersebut di bawah ini.


Pengertian Ilmu Pengetahuan

Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.[1]

Menurut Medawar (1984) sains (dari istilah Inggris Science) berasal dari kata: “sienz, ciens, cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc, sciens, scians”. Kata dasar yang diambil dari kata “scientia” yang berarti “knowledge” (ilmu). Tetapi tidak semua ilmu itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah:

“Ilmu yang dapat diuji (hasil dari pengamatan sesungguhnya) kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tesebut boleh dipercayai, melalui eksperimen (observasi) maupun eksperience (pengalaman) secara teori.”[2]


Syarat dan Ciri Ilmu Pengetahuan

Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

  1. Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
  2. Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
  3. Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.[3]

Disebutkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilakukan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Maka The Liang Gie (1987) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah itu mempunyai 5 ciri pokok:[4]

  1. empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasar pengamatan dan percobaan.
  2. sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
  3. objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kekuasaan pribadi.
  4. analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan , dan peranan dari bagian-bagian itu.
  5. verivikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

     Dalam sub tema ini, kami mengambil beberapa contoh klasifikasi ilmu pengetahuan menurut para filsuf, antara lain :

  • Cristian Wolff

Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff dapat diskemakan sebagai berikut :

  1. Ilmu pengetahuan empiris
  2. Kosmologis empiris
  3. Psikologis empiris
  4. Matematika
  5. Murni : aritmatika, geometri, aljabar
  6. Campuran : mekanika, dan lain-lain
  7. Filsafat
  8. Spekulatif (metafisika)
  9. umum:ontologi
  10. khusus: psikologi, kosmologi, theologi
  11. Praktis
  12. intelek: logika
  13. kehendak; ekonomi, etika, politik.
  14. pekerjaan fisik: tekhnologi
  • Auguste Comte

Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:

  1. Ilmu pasti (matematika)
  2. Ilmu perbintangan (astronomi)
  3. Ilmu alam (fisika)
  4. Ilmu kimia
  5. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
  6. Fisika sosial (sosiologi)

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

  1. Ilmu pengetahuan
  2. Logika (matematika murni)
  3. Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi)
  4. Filsafat
  5. Metafisika
  6. Filsafat ilmu pengetahuan[5]

Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Pengertian Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat PendidikanIlmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut. Padahal ilmu pengetahuan dan pengetahuan itu berbeda. Mengenai perbedaan dari keduanya (ilmu pengetahuan dan pengetahuan) akan dijelaskan di bawah ini.

Pengetahuan atau knowledge adalah hal tahu atau pemahaman akan sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Ciri pengetahuan adalah tidak terbuka usaha bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan. Sedangkan ilmu pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan logis. Metodis maksudnya pengetahuan tersebut diperoleh dengan mengguanakan cara kerja yang terperinci, dan telah ditentukan sebelumnya; metode ini dapat deduktif atau induktif. Sistematis maksudnya pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-hal yang saling berhubungan sehingga dapat dipertangung jawabkan. Logis maksudnya proposisi-proposisi (pernyataan) yang satu dengan yang lainnya mempunyai hunungan rasional sehingga dapat ditarik keputusan yang rasional pula.[6]

Pengetahuan biasa (knowledge / common sense): tidak memandang sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan secara obyektif, tidak menyelidiki obyeknya, tidak ada sintesis, tidak bermetode dan bersistem.

Ilmu pengetahuan (science): mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan, menyelidiki obyek, melakukan sintesis, bermetode dan bersistem.[7]


Baca juga: Pengertian Filsafat


Referensi

[1] Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 10.
[2] file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K…/Bab_5._Plsbt,_baru.pdf, (senin, 18 April 2016, pukul 14.47 WIB.)
[3] heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4758/Gabungan.doc, (Senin, 18 April 1016, pukul 15.21 WIB)
[4] Surajiyo, Filsafat ilmu dalam perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 59.
[5] Surajiyo, Ilmu Filsafat Sebgai Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 72-74.
[6] file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K…/Bab_5._Plsbt,_baru.pdf, (senin, 18 April 2016, pukul 15.02 WIB.)
[7] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 8.