Mendalami Masalah Haid
Darah Haid
Darah haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan yang telah umur bailgh dengan tidak ada penyebabnya, melainkan memang sudah menjadi kebiasaan perempuan. Sekecil-kecilnya perempuan, mulai haid umur 9 tahun. Biasanya pada perempuan yang telah berumur 60 tahun ke atas haid itu akan berhenti dengan sendirinya.[1]
Masa Haid
اقلّ الحيض يوم وليلة وغالبه ستّ او سبع واكثره خمسة عشر يوما بليالها (سفينة النجا للشيخ سالم ابن سمر الحضرمي في باب الحيض
“Paling sedikit masa haid itu sehari semalam (24 jam). Sedangkan kebiasaannya itu 6 hari. Dan sebanyak-banyaknya itu 15 hari.
Catatan;
- Bila darah keluar melebihi batas maksimal sebagaimana yang tercantum di atas yakni 15 hari, maka darah itu adalah darah istihadhoh (darah penyakit) dan bagi wanita yang mengalaminya wajib menjalankan shalat atau puasa dan boleh melakukan hubungan suami istri.
- Cara berwudlu (untuk shalat fardlu) bagi wanita mustahadhah (wanita yang mengalami istihadhah) dan orang yang daimul hadatz (terus menerus hadast) adalah sebagai berikut;
- Sebelum berwudlu melakukan thaharah (bersuci) dulu dari najis sampai darah istihadhah tidak mengalir keluar bagi orang istihadhah dan bagi oran yang terus menerus hadats sampai air seni tidak mengalir keluar.
- Wadlu dilakukan setelah masuk waktu shalat fardlu yang akan dilakukan.
- Setelah kedua di atas barulah melakukan wudlu dan segeralah melakukan shalat.
- Cara mengetahui masih atau tidaknya masa haid bisa dilakukan dengan cara memasukkan kapas atau jari atau sejenisnya ke dalam lubang farji, bila kapas atau jari itu basah tetapi jernih tanpa noda darah atau gumpalan darah, maka berarti haid sudah berhenti. Bila masih ada noda darah atau gumpalan darah, maka berarti haid masih berlangsung.[2]
Masa Suci
اقلّ الطهر بين الحيضتين خمسة عشر يوما وغالبه اربعة وعشرون يوما او ثلاثة وعشرون يوما ولاحدّ لأكثره. (سفينة النجا للشيخ سالم ابن سمر الحضرمي في باب اقلّ الطهر بين الحيضتين)
“Sedikit-sedikitnya masa suci antara dua haid adalah 15 hari. Pada umunya 24 atau 23 hari dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.”
Catatan
Batasan maksimal masa suci adalah tidak ada, sebab memang ada wanita yang tidak pernah mengalami haid yaitu putri Nabi Muhammad SAW yakni Dewi Fathimatuh Az-Zahra’. Beliau pernah mengalami nifas namun hanya sesaat. Selama hidupnya tidak ada masa yang kosong untuk dapat menjalankan ibadat. Karena kesuciannya itulah beliau diberi gelar Az-Zahra’ yang berarti wanita suci atau cemerlang.[3]
Referensi
[1] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015) cet. ke-70, hal. 44.
[2] Achmad Sunarto, Terjemah Safinatun Naja, (Surabaya: Al-Miftah, 2012) hal. 42 – 43.
[3] Ibid. Hal. 43 – 44.