makalah pembelajaran tuntas

Asumsi Pembelajaran Tuntas dan Prinsip-prinsipnya

Diposting pada

Asumsi Belajar Tuntas dan Prinsip-prinsipnya

Pada kesempatan kali ini dosenmuslim.com akan membagikan ilmu tentang asumsi pembelajaran tuntas dan prinsip-prinsipnya yang dilengkapi dengan referensi bukunya. Agar lebih jelas dan paham mari kita pelajari ilmu tersebut di bawah ini.


Asumsi Pembelajaran Tuntas

metode pemelajaran adalah suatu cara untuk mempermudah peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu. Dapat diartikan bahwa, semakin baik metode yang digunakan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan penjabaran dari pendekatan dan strategi pemelajaran, serta diimplementasikan oleh metode dan teknik pembelajaran. Langkah metode yang dipilih memainkan peran utama yang membuat makin meningkatnya prestasi belajar. Pembelajaran tuntas (mastery learning) merupakan pendekatan dalam sebuah pemelajaran dimana siswa harus menguasi secara tuntas standar kompetensi mata pelajaran tertentu.[1]

Dalam model sederhana caroll mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan menghaiskan waktu yang diperlukannnya, maka besar kemungkinan siswa akan dapat mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi waktu yang cukup maka beralik pada penjabaran diatas, maka siswa dalam tingkat menguasai kompetensi akan berkurang. Kondisi demikian dinyatakan oleh lock sebagai berikut:

                                            Time actually spent

Degree of learning = f      _________________________

Time needed

Model ini menggambarkan aha tingkat penguasaan kompetensi (Degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (Time actually spent) untuk belajar, diagi dengan waktu yang diperlukan (Time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.[2]

pembelajaran tuntasSimbol di atas menggambarkan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan jika siswa itu menghabiskan waktu yang dibutuhkan, maka besar kemungkinan siswa tersebut akan mencapai tingkat penguasaan itu. Sebaliknya, jika seorang siswa tidak diberi cukup waktu atau ia tidak menggunakan waktu yang diperlukan, maka siswa tersebut bisa dipastikan tidak akan mencapai tingkat penguasaan belajar.[3]

Walaupun waktu merupakan faktor esensial dalam belajar, namun Carroll tetap mengingatkan bahwa sebenarnya proses belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak variabel, dan waktu merupakan bagian dari banyak variabel itu. Dalam teorinya, Carroll bahkan tidak berpretensi bahwa variabel waktu ini menjadi faktor terpenting dalam proses belajar siswa. Menurutnya waktu bukan satu- satunya faktor terpenting yang mempengaruhi proses belajar, meskipun beberapa variabel dari teori ini dinyatakan dalam waktu, namun apa yang sebenarnya terjadi dalam rentang waktu itulah yang terpenting. Waktu jelas diperlukan dalam belajar, tapi waktu saja belum memadai. Masih ada tiga variabel utama dan dua variabel tambahan dalam teori Carroll. Variabel pertama disebut aptitude (bakat), yaitu jumlah waktu ideal yang dimiliki siswa untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Variabel kedua disebut perseverance (ketekunan), yaitu jumlah waktu yang benar-benar dipakai siswa untuk belajar. Variabel ketiga disebut opportunity to learn (kesempatan untuk belajar), yaitu jumlah waktu yang dialokasikan atau disediakan. [4]

Baca juga: Makalah Pembelajaran Tematik

Selain itu, menurut carol pada buku strategi blajar mengajar karya karya Drs.syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain mengemukakan setiap anak didik itu akan mampu menguasai bahan kalau diberikan waktu atau kesempatn yang cukup untuk mempelajarinya, sesuai dengan kapasitas masing-masing anak didik. Dengan demikian, taraf atau tingkat belajar itu pada dasarnya merupakan sebuah fungsi dari porsi waktu yang disediakan untuk belajar (time allowed for learning), dengan waktu yang diperlukan untuk belajar ( time nedded for learning ) oleh setiap anak didik.[5]

Calor tidak menyangkal bahwa faktor dominan yang lain yang dapat berpengaruh terhadap penguasan belajar, yaitu antara kualitas pendidik dengan taraf kemampuan anak didikuntuk memahami pelajaran. Selain itu faktor motivasi juga sangat berpengaruh. Karena itu, jika guru menginginkan peserta didik menguasai bahan pelajaran tertentu, maka bahan pelajaran tersebut harus disusun secara sempurna, selain bahaan ajarnya cara mengevaluasi dan mengukur hasil belajarnya. Bahan pelajaran harus diperinci atau membagi materi pembelajaran unit-unit terkecil. Satuan unit terkicil itu yang biasanya disebut dengan modul.[6]

Dari sekian banyak penjelasan tentang belajar tuntas, sebenarnya harapan dari belajar tuntas menurut buku Strategi Pembelajaran karya Abdul Majid yang saya kutip yaitu untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas yang sesuai, bantuan, dan perhatian khusus bagi siswa yang lamat agar menguasai standar kompetensi dasar. Darikonsep tersebut dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas (Gentile dan Lalley: 2003) adalah sebagai berikut:

  1. Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hirarkis.
  2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan stiap kompetensi harus diberikan feedback.
  3. Pemberian elajar remedial dan bimingan jika diperlukan.
  4. Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan lebih awal.[7]

Referensi Buku

[1] Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 152

[2] Ibid.,hlm 153

[3] https://journal.uny.ac.id.

[4] https://journal.uny.ac.id

[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Setrategi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm 21

[6] Ibid.,hlm 22

[7] Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 154