Problematika Guru di dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Pada kesempatan kali ini dosenmuslim.com akan membagikan ilmu tentang problematika guru di dalam kegiatan belajar mengajar yang dilengkapi dengan referensinya. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari ilmu tersebut di bawah ini.
Problematika-problematika yang Dialami Guru
Selain dalam hal membuat rencana pembelajaran, pada saat pelaksanaan pembelajaran pun guru juga sering mengalami permasalahan. Adapun problematika guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik PAI adalah sebagai berikut.
-
Problematika Guru dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah suatau usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif. Suasana kelas yang kondusif akan dapat mengantarkan siswanya pada prestasi akademik maupun nonakademik. Adapaun ciri-ciri kelas yang kondusif, yaitu: tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan.Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien.[1]
Adapun permasalahan yang terjadi di dalam pengelolaan kelas itu dikarenakan adanya berbagai macam karakteristik atau tingkah laku yang bervariasi dari peserta didik. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta didik adalah:
- Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik- klik, dan pertentangan jenis kelamin.
- Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
- Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
- Kelas mentoleransi kesalahan-kesalahan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
- Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
- Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat- alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.[2]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa peran guru sangat penting dalam pengelolaan kelas. Apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik, maka tidaklah sulit bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
-
Problematika Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Metode adalah cara atau siasat yang diperlukan dalam pengajaran, sebagai strategi, metode memperlancar kearah pencapaian tujuan pembelajaran”.[3] Berbagai macam metode yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, simulasi, dan lain-lain. Guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. (Baca juga: Pengertian Pembelajaran Tematik PAI)
Menurut Rusman dalam Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, menjelaskan bahwa “Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari bebagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas dengan tujuan yang ingin dicapai.[4]
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk pembelajaran tematik, antara lain sebagai berikut:
- Metode ceramah, guru banyak berperan dalam menyampaikan isi pembelajaran dengan cara presentasi di depan siswa.
- Metode demonstrasi, siswa mendemonstrasikan cara kerja suatu proses, prinsip, dan sebagainya.
- Metode simulasi, metode pembelajaran dengan cara memainkan peran- peran tertentu yang bukan sesungguhnya.
- Metode tanya jawab berantai, guru memanggil seorang siswa untuk mengemukakan pendapat/bertanya.
- Metode diskusi, guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas dengan teman di dekatnya secara berpasangan.
- Metode penugasan, guru menugaskan siswa untuk mengamati objek, mewawancarai sumber, melakukan kegiataan, dan membuat produk tertentu.[5]
Diantara syarat-sayarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah:
- Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa.
- Dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi.
- Harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
- Harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
- Harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Adapun beberapa masalah guru terkait metode pembelajaran, antara lain adalah:
- Pemilihan metode yang kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran.
- Guru kurang terampil dalam menggunakan metode pembelajaran.
- Guru sangat terikat pada satu metode saja.[7]
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pembelajaran.[8]
Oleh karena itu, penggunaan metode dalam pelaksanaan pembelajaran sangat perlu diperhatikan agar teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat penyajian bahan pelajaran tepat dan sesuai materi pelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh/bosan terhadap pelajaran tersebut.
-
Problematika Hubungan Guru dalam Berinteraksi dengan Siswa
Hubungan guru dengan siswa atau peserta didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.[9]
Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar salah satu disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Adanya hambatan- hambatan tertentu, misalnya kadang-kadang masih ada sikap otoriter dari guru, sikap tertutup dari guru, siswa yang pasif, jumlah siswa yang terlalu banyak, sistem pendidikan, keadaan dan latar belakang guru sendiri maupun para siswanya.[10]
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam bertemu antara guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam-jam presentaasi di depan kelas seperti biasanya.Selain itu, semua perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para guru perlu ada keaktifan dari pihak siswa dan juga harus bersikap ramah, sebaliknya siswa juga harus bersikap sopan. Masing-masing guru perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.[11]
Tugas guru adalah bagaimana harus mendesain agar menciptakan agar menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal. Guru seharusnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[12]
Bentuk-bentuk kegiatan belajar selain melalui pengajaran di depan kelas, perlu diperhatikan bentuk-bentuk belajar yang lain. Guru dapat menanyai dan menangkap keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai persoalan- persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik.[13]
Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami , bahwa ketika guru kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan guru. Sehingga siswa segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
-
Problematika Guru dalam Media Pembelajaran
Selain permasalahan dalam hal pengelolaan kelas, yakni menerapkan metode pembelajaran, terdapat masalah atau kendala lain yang sering dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu sering tidak adanya penggunaan media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secra harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.[14]
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, rumit dan unik, karena memiliki ciri-ciri/karakteristik tertentu yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Oleh karenanya, belajar adalah masalah individual, dalam arti bahwa belajar akan terjadi karena individu itu sendiri yang melakukannya.[15] Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat bermanfaat sekali bagi guru dalam hal menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan adanya media dapat memudahkan pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang sulit dipahami jika hanya dengan mendengarkan penjelasan dari guru saja. Oleh karena itu, guru tidak boleh meremehkan yang namanya media atau bahkan meninggalkan media sebagai alat bantu pembelajaran. Akan tetapi, guru harus mampu mencari media dan menggunakan media tersebut untuk membantu terlaksananya KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Referensi Buku
[1] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, hlm. 49.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. ke 2, hlm. 126 – 127.
[3] Ibid, hlm. 70.
[4] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 78.
[5] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hlm. 382 – 383.
[6] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet. Ke-1, hlm. 52-53.
[7]Muhammad Yusri, “Masalah-Masalah dalam Proses Belajar”, http://yusri.blogspot.com/20/08/2015.
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. ke 2, h. 85
[9] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 172.
[10] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 173
[11]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 173 – 174.
[12] Ibid, hlm. 148
[13] Ibid, hlm. 147 – 148
[14]Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 6.
[15] Karti Soeharto, dkk, Teknologi Pembelajaran(Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media), (Surabaya: Intellectual Club, 2008), Cet. Ke-3, hlm. 97.