Hadits Tentang Rukun Islam

Hadits Tentang Rukun Islam Lengkap dengan Syarahnya

Diposting pada

Hadits tentang Rukun Islam

Pada kesempatan kali ini dosenmuslim.com akan membagikan ilmu tentang Hadits tentang rukun Islam, yang mana dilengkapi dengan syarah dari kitab Arba’in Nawawi. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari hadits tersebut di bawah ini.


 KITAB ARBA’IN AN-NAWAWIYYAH

HADITS KETIGA

 عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.[رواه الترمذي ومسلم ]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)[1]

Hadits Tentang Rukun Islam

Syarah Hadits Ketiga

Berkaitan dengan lafal hadits dan bahasanya, hadits tersebut dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan dengan beberapa riwayat berbeda. Kita akan menyebutkan jalan periwayatan hadits yang seluruhnya dari Abdullah bin Umar.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Islam dibangun di atas lima hal, yaitu mentauhidkan (meng-esa-kan) Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji. Demikian aku mendengarnya dari Rasulullah SAW.[2]

Dalam riwyat kedua disebutkan, “Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu menyembah Allah dan mengufuri selainNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.[3]

Dalam riwayat lainnya yang dikutip dalam kitab ini disebutkan, “Islam dibangun di atas lima hal, yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.[4]

Dalam salah satu riwyat disebutkan bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin umar, “Tidakkah engaku berperang?” ia menjawab, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima hal, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.[5]

Syekh Muhyiddin An-Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim untuk ini berkata: “Dalam riwayat pertama dan keempat tertulis على خمسةٍ dengan ha’ (maksudnya ta’ marbuthah), sedangkan pada riwayat kedua dan ketiga tertulis خمسٍ  tanpa ha’ (maksudnya tanpa ta’ marbuthah). Maksud pada periwayatan dengan ha’ adalah  خمسةٍ أركانٍ  (lima pilar) atau semisalnya. Adapun maksud periwayatan yang tanpa ha’ adalah  خمسِ خصالٍ (lima hal) atau  خمسِ دعائمَ  (lima tiang) atau  خمسِ قواعدَ  (lima kaidah) atau semisalnya.[6]

Baca juga: Hadits tentang agama itu nasihat

Adapun tentang mendahulukan penyebutan berhaji dan megakhirkannya, pada riwayat pertama dan keempat penyebutan berpuasa didahulukan dan pada riwayat kedua dan ketiga penyebutan berhaji didahulukan. Kemudian, para ulama berselisih pendapat dalam hal pengingkaran Ibnu Umar ra terhadap orang yang mendahulukan haji.[7] Padahal Ibnu Umar ra juga meriwayatkan hadits tersebut, sebagaimana terdapat dalam dua jalur periwayatan tersebut.[8]

Yang jelas adalah bahwa barangkali Ibnu Umar ra mendengarnya dari Rasulullah SAW sebanyak dua kali, sekali dengan mendahulukan berhaji dan sekali dengan mendahulukan berpuasa. Lalu, ia meriwayatkan juga dengan dua segi dalam dua waktu berbeda. Oleh karena itu, ketika laki-laki itu membantahnya dan mendahulukan berhaji, Ibnu Umar berkata, “Jangan membantahku terhadap apa yang engkau tidak mempunyai ilmunya, jangan memprotes apa yang tidak engaku ketahui, dan jangan mencela apa yang engkau tidak bisa memastikannya, tetapi dengan mendahulukan berpuasa. Demikian, aku mendengar dari Rasulullah SAW.”[9]


REFRENSI BUKU

[1] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 19.

[2] HR. Muslim (1/45).

[3] HR. Muslim (1/45).

[4] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 19.

[5] HR. Muslim (1/45).

[6] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 21.

[7] HR. Muslim (1/45-no.16) sesudah penyebutan hadits, seseorang berkata, “Apakah berhaji dahulu lalu berpuasa di bulan Ramadhan? Ibnu Umar ra menjawab, “Tidak, berpuasa di bulan Ramadhan dahulu lalu berhaji. Demikian aku mendengar dari Rasulullah SAW.”

[8] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 21.

[9] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 21-22.