Hadits Tentang Rukun Islam

Hadits Tentang Agama itu Nasihat

Diposting pada

KITAB ARBA’IN AN-NAWAWIYYAH

HADITS KETUJUH

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ   وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ?  beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya. (Riwayat Bukhori dan Muslim)[1]


Syarah Hadits Ketujuh

Penjelasan hadits ini, Abu Sulaiman Al-Khaththabi menyatakan bahwa kata  النَّصِيْحَةُ (Nasihat)[2] adalah kata yang padat makna, memiliki keberuntungan bagi orang yang dinasihati. Dikatakan pula bahwa nasihat adalah isim (kata benda) yang diringkas dan perkataan yang padat. Tidak ada perkataan berbahasa Arab yang lebih menghimpun kebaikan dunia dan akhirat dibanding kata ini.[3]

Dikatakan bahwa kata النَّصِيْحَةُ (Nasihat) diambil dari kalimat  نصح الرّجل ثوبه  (laki-laki itu menjahit bajunya) apabila ia menjahitnya. Merekaa menyerupakan perbuatan pemberi nasihat yang memperhatikan kebaikan orang yang dinasehati dengan tindakan aki-laki yang menutup kekurangan pakaian (dengan menjahit). Dikatakan juga kata nasihat diambil dari kalimat  نصحت العسل  (Aku memurnikan madu) jika aku menyaringnya dari lilin. Mereka menyerupakan pemurnian perkataan dari penipuan dengan pemurnian madu dari campuran.[4]

Makna Hadits tersebut adalah bahwasanya tiang agama dan peyangganya adalah nasihat. Sebagaimana sabda beliau, “Haji itu Arafah.”[5] Maksudnya, tiang ibadah haji dan sebagian besarnya adalah Arafah.[6]


Baca Juga Hadits Arba’in An-Nawawiyyah yang lain di bawah ini dengan klick saja hadits yang diinginkan;

Hadits ke-1; Hadits ke-2; Hadits ke-3; Hadits ke-4; Hadits ke-5; Hadits ke-6; Hadits ke-7; Hadits ke-8; Hadits ke-9; Hadits ke-10; Hadits ke-11; Hadits ke-12; Hadits ke-13; Hadits ke-14; Hadits ke-15; Hadits ke-16; Hadits ke-17; Hadits ke-18; Hadits ke-19; Hadits ke-20


REFRENSI BUKU

[1] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 49-50.

[2] Perkataan Al-Khaththabi l-Baghawi ini dinukil juga dalam Syarhus Sunnah (13/93).

[3] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 50.

[4] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 50-51.

[5] HR. Ahmad (4/309), Abu Dawud (1949), An-Nasa’i (2/45, 46, 48), Turmudzi (889), dan Ibnu Majah (3015) dari hadits Abdurrahman bin Ya’mar dengan Sanad Shahih.

[6] Ibnu Aththar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyyah, (Solo: Tinta Medina, 2013) cet. ke-1, hal. 51.