Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Diposting pada

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang faktor yang mempengaruhi prestasi Belajar, yang mana di dalamnya dilengakapi dengan referensinya. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas di bawah ini.


Pembahasan

Bobbi de Porter dalam buku Quantum Teachingnya mengutip pendapat Dr. Vernon A. Magnesen, mengemukakan bahwa orang belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat dan 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.[1] Dengan demikian, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan anak didik untuk berpikir cerdas, berbicara, mengutarakan pendapatnya dan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diucapkan.

faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi BelajarMenurut Ahmad Rifai dalam bukunya psikologi pendidikan, faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik.[2] Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan/intelegensi, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.[3] Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:

  1. Faktor internal

a. Kecerdasan/intelegensi

Menurut Heidentich yang dikutip oleh Wasty Soemanto mengemukakan mengenai intelegensi sebagai berikut: “intelligence refers to the ability to learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliar situation or in the solving of problem’’(Intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.[4]

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluang untuk meraih sukses.[5]

b. Minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[6] Sedangkan perhatian adalah melihat dan mendengarkan dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus yang baru, beraneka ragam atau berorientasi tinggi.[7] Dengan demikian, jika seorang anak didik mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran yang diterimanya akan memberikan hasil yang positif terhadap prestasi belajarnya.

c. Motivasi belajar

Wasty Soemanto mengutip pendapatnya McDonald mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi- reaksi dalam usaha mencapai tujuan.[8] Jadi orang yang motivasi belajarnya tinggi akan lebih tahan lama dalam belajarnya karena memiliki tenaga untuk belajar yang tinggi.

d. Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh, sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.[9] Seorang anak yang memiliki sikap positif kepada sesama siswa atau gurunya akan menggerakkan kemauan untuk belajar.

e. Kondisi fisik dan kesehatan

Kondisi fisik (jasmaniah) dan kesehatan dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam belajar. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun berkurang dan tidak berbekas.[10] jadi kondisi fisik dan kesehatan anak sangat mempengaruhi proses pembelajaran.


Baca juga: Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling



  1. Faktor Eksternal

a. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan yang sangat penting bagi pendidikan seseorang, dalam hadits Rasulullah saw dijelaskan beberapa hal mengenai pentingnya faktor keluarga dalam menentukan kemana arah pendidikan seorang anak, yaitu sebagai berikut:

“Hajib bin Al-Walid menceritakan kepada kami, Muhammad bin Harb menceritakan kepada kami dari Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, Said bin Al- Musayyab mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah bahwa dia pernah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada anak yang terlahir melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muslim).[11]

Berdasarkan hadist diatas tidak dapat diragukan lagi bahwa orang tua memiliki peran penting dalam keberhasilan pendidikan seorang anak.

b. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat keadaan siswa ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum.[12] Jadi semakin baik lingkungan sekolah yang ada, akan semakin baik tingkat keberhasilannya.

c. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar, bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tapi sebaliknya apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak sekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar.[13]


Refrensi Buku

[1]Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching Mempraktekan Quantum Learning Di Ruang-Ruang Kelas, (terj. Ary Nilandari) (Bandung: Kaifa, 2010), hlm. 94

[2]Achmad Rifai, Catharina Tri Anni, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Unnes Press, 2010), hlm. 97.

[3]Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), hlm.12

[4] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.142-143.

[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2014), hlm. 131

[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2014), hlm. 133

[7] S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 180.

[8] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.203

[9] Hamdani, Strategi Melajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 140.

[10] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2014), hlm. 130.

[11]Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, (terj. Amir Hamzah) (Jakarta: Pustaka Azzam :2011), hlm. 133-134

[12] Hamdani, Strategi Melajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 144.

[13]Dalyano, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 131.

hlm. 131